BISA tidaknya Mr P bangun dapat menentukan sehat atau tidaknya senjata seorang pria. Kendati bukan tolok ukur utama, namun ereksi dapat digunakan untuk menguji alat genital kaum Adam. Mengenai hal itu, Dr Herdinan Bernard Purba, SpRM, seksolog dari RSCM membenarkannya.
“Pada umumnya pria mengalami ereksi. Hanya saja tingkat kekerasan ereksi prialah yang menjadi tolok ukur dalam meningkatkan kualitas seks yang lebih baik dengan pasangan,” kata Herdinan ketika ditemui okezone dalam acara temu wartawan di Tiamo Cafe, Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2008).
Menurutnya, ereksi yang langsung dilanjutkan dengan kegiatan seks dapat menjadi salah satu bentuk aktivitas spontan yang akan disukai pasangan. Hanya saja, saat ini terdapat beberapa kasus disfungsi ereksi yang ditemuinya, sehingga menyebabkan pasangan wanita merasa tidak puas.
“Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup lama untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan,” jelasnya.
Ditambahkan oleh Zoya Dianaesthika Jusung, MPsi, psikolog dari IPPSI, penyebab disfungsi ereksi antara lain karena tekanan pekerjaan dan perubahan gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, dan kurang berolahraga.
“Penyebab DE biasanya karena tekanan pekerjaan dan perubahan gaya hidup yang bila kondisi ini dibiarkan akan menimbulkan efek psikologis seperti stres, kinerja menurun dan pasangan tidak puas dalam mendapatkan kebutuhan biologisnya,” beber wanita yang akrab disapa Mbak Zoya ini.
Tak hanya itu saja, sambungnya, bila kondisi ini dibiarkan dan tidak ditindaklanjuti dengan komunikasi yang efektif maka bisa menyebabkan kebosanan bahkan hingga perceraian.
“Tiga hal utama dalam rumah tangga adalah financial, keluarga inti dan besar serta hubungan seksual. Ketika hubungan seksual tidak memberikan kebahagiaan, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa penyebabnya dengan cara berkomunikasi. Setelah ditemukan, maka segera konsultasikan dengan ahlinya agar mendapat penanganan yang tepat,” imbuh wanita cantik ini.
Nah, penanganan untuk kasus gangguan seksual, ternyata tidak hanya dilakukan pada orang yang mengalaminya. Tetapi, pasangannya pun perlu berkonsultasi dengan para ahli agar dapat diketahui penyebab utamanya apa.
“Tiba-tiba pasangan tidak mampu untuk memuaskan kita. Karena ereksinya tidak keras, terbersit pikiran apakah kita tidak menarik atau kita tidak bisa membawa dia ke suasana yang baik. Kalau saya selalu menyarankan meski yang disfungsi ereksi adalah pasangan pria, tapi pasangannya pun harus berkonsultasi,” bebernya.
Kasus disfungsi ereksi, menurut Herdinan, dapat diobati dengan berbagai cara. Keberhasilan pengobatan DE dapat ditandai dengan perbaikan pada fungsi ereksi dan fungsi seksual yang kemudian akan menghasilkan perubahan positif pada hubungan emosional maupun seksual dengan pasangan.
“Salah satu upaya pengobatan pada pria penderita DE ialah terapi oral. Oral seks yang dilakukan dengan pasangan dapat menjadi bagian dari foreplay atau afterplay dan variasi dalam beraktivitas seks. Namun, dalam penerapannya kembali lagi pada kesepakan pasangan masing-masing dan memiliki dasar saling suka,” pungkasnya.
“Pada umumnya pria mengalami ereksi. Hanya saja tingkat kekerasan ereksi prialah yang menjadi tolok ukur dalam meningkatkan kualitas seks yang lebih baik dengan pasangan,” kata Herdinan ketika ditemui okezone dalam acara temu wartawan di Tiamo Cafe, Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2008).
Menurutnya, ereksi yang langsung dilanjutkan dengan kegiatan seks dapat menjadi salah satu bentuk aktivitas spontan yang akan disukai pasangan. Hanya saja, saat ini terdapat beberapa kasus disfungsi ereksi yang ditemuinya, sehingga menyebabkan pasangan wanita merasa tidak puas.
“Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup lama untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan,” jelasnya.
Ditambahkan oleh Zoya Dianaesthika Jusung, MPsi, psikolog dari IPPSI, penyebab disfungsi ereksi antara lain karena tekanan pekerjaan dan perubahan gaya hidup seperti merokok, minum alkohol, dan kurang berolahraga.
“Penyebab DE biasanya karena tekanan pekerjaan dan perubahan gaya hidup yang bila kondisi ini dibiarkan akan menimbulkan efek psikologis seperti stres, kinerja menurun dan pasangan tidak puas dalam mendapatkan kebutuhan biologisnya,” beber wanita yang akrab disapa Mbak Zoya ini.
Tak hanya itu saja, sambungnya, bila kondisi ini dibiarkan dan tidak ditindaklanjuti dengan komunikasi yang efektif maka bisa menyebabkan kebosanan bahkan hingga perceraian.
“Tiga hal utama dalam rumah tangga adalah financial, keluarga inti dan besar serta hubungan seksual. Ketika hubungan seksual tidak memberikan kebahagiaan, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa penyebabnya dengan cara berkomunikasi. Setelah ditemukan, maka segera konsultasikan dengan ahlinya agar mendapat penanganan yang tepat,” imbuh wanita cantik ini.
Nah, penanganan untuk kasus gangguan seksual, ternyata tidak hanya dilakukan pada orang yang mengalaminya. Tetapi, pasangannya pun perlu berkonsultasi dengan para ahli agar dapat diketahui penyebab utamanya apa.
“Tiba-tiba pasangan tidak mampu untuk memuaskan kita. Karena ereksinya tidak keras, terbersit pikiran apakah kita tidak menarik atau kita tidak bisa membawa dia ke suasana yang baik. Kalau saya selalu menyarankan meski yang disfungsi ereksi adalah pasangan pria, tapi pasangannya pun harus berkonsultasi,” bebernya.
Kasus disfungsi ereksi, menurut Herdinan, dapat diobati dengan berbagai cara. Keberhasilan pengobatan DE dapat ditandai dengan perbaikan pada fungsi ereksi dan fungsi seksual yang kemudian akan menghasilkan perubahan positif pada hubungan emosional maupun seksual dengan pasangan.
“Salah satu upaya pengobatan pada pria penderita DE ialah terapi oral. Oral seks yang dilakukan dengan pasangan dapat menjadi bagian dari foreplay atau afterplay dan variasi dalam beraktivitas seks. Namun, dalam penerapannya kembali lagi pada kesepakan pasangan masing-masing dan memiliki dasar saling suka,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment