Survey: Thursday, 18 Mar 2004 16:24:55 WIB
83,02 % Pria Selalu Ingin Berhubungan Seks Lebih Lama 74,76 % Pria Selalu Ingin Memuaskan Pasangan 47,57 % Berpendapat Ejakulasi Dini Membuat Mereka Terhina 45,28 % Berpendapat Melakukan Hubungan Seks Selama 10 – 20 Menit
Bagi masyarakat modern umumnya, kegiatan seksual sama saja dengan hubungan sosial lainnya. Dilakukan bersama, dan penuh keterbukaan.
Sebanyak 62 % pengakses dengan kategori pria sarjana dan pascasarjana berpenghasilan di atas Rp 5 juta, ternyata lebih menyadari kegiatan seksual adalah kegiatan bersama pasangan, yang harus dijaga dengan keterbukaan dan ditujukan untuk memperoleh kepuasan bersama. Barangkali kegiatan seks terbuka (baca: didiskusikan), memang berkaitan dengan tingkat pendidikan dan peluang ekonomi. Peluang ekonomi ini berkaitan dengan kemauan pengakses yang sama, untuk mengupayakan kepuasan bersama ini, mereka meyakini penggunaan obat kuat adalah salah satu cara agar dapat bertahan lama” memuaskan pasangan.
Meskipun dengan persentasi yang berimbang, dengan tingkat peluang ekonomi bervariasi di atas Rp 5 juta dan di antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta menyatakan tak memerlukan dukungan obat kuat agar berhasil memuaskan pasangan. Hal ini barangkali ditunjang oleh tubuh yang sehat atau hubungan seksual yang mereka lakukan terbilang biasa, atau konvensional, bila dibandingkan oleh imajinasi yang berkembang bahwa keinginan memuaskan pasangan ini berkaitan pula dengan variasi seks yang diketahui dan siap dilakukan bersama pasangan.
Namun keinginan memuaskan pasangan, disepakati oleh semua pengakses, termasuk lajang, dengan kategori pendidikan diploma sampai pascasarjana dengan penghasilan di bawah Rp 2 juta sampai di atas Rp 5 juta, sebagai satu tujuan penting dalam kegiatan seksual bersama pasangan. Artinya, kegiatan seksual memang disamaartikan sebagai kegiatan sosial yang bersifat interaktif lainnya, seperti berdiskusi, mengobrol, atau sekadar saling sapa ebrsama orang yang baru dikenal. Bahwa masing-masing orang, ketika memulai sebuah kegiatan sosial, di benaknya tertanam hasrat untuk memuaskan teman dialognya.
Yang juga sama-sama disepakati oleh semua pengakses (lajang dan menikah) adalah kegagalan memuaskan pasangan, diartikan sebagai peristiwa ejakulasi dini yang terkadang dialami oleh beberapa pria yang bisa saja karena kecenderungan kemampuan seks yang memang kurang secara biologis permanen, atau bisa saja karena kondisi tubuh yang kurang fit temporal untuk melakukan hubungan seksual.
Ejakulasi dini dalam hal ini sama diartikan oleh para pengakses sebagai ketidakmampuan pria untuk menahan sperma agar dapat melakukan intercourse lebih lama. Akibatnya, tanpa terikat tingkat pendidikan maupun peluang ekonomi, lajang atau menikah, 57,55 % pengakses sengaja melakukan kiat “menahan dulu” semburan spermanya, terkadang berulang-ulang, lalu melakukan lagi hubungan intercourse secara lebih lama untuk memuaskan pasangan.
Dan 61,17 % dari pengakses, juga dengan variasi penghasilan dan tingkat pendidikan yang longgar, kali ini hanya yang menikah, terjadi di pengakses berdiploma, sarjana dan pascasarjana, dengan penghasilan di bawah Rp 2 juta dan di atas Rp 5 juta, menyimpulkan bahwa peristiwa ejakulasi dini adalah akibat ketidakmampuan mereka mengontrol emosi. Bahkan 19, 42 % dari pengakses mengatakan bahwa ejakulasi dini berkaitan dengan stres.
Uniknya adalah, meskipun para pengakses terkadang dibatasi kemampuan seksualnya oleh stres, kegagalan mengontrol emosi, namun tetap saja sebanyak 74,76 % (lajang dan menikah) dari pengakses ini tetap berkeinginan memuaskan kembali pasangannya. Artinya, tingkat pendidikan dan peluang ekonomi boleh saja tidak menjadi varian penting bagi siapa saja untuk memuaskan pasangan. Namun bila mengetahui dan menemukan bukti nyata – maka mereka akan menggunakan obat kuat untuk memuaskan pasangan. Tentu saja, ketika obat kuat dibutuhkan, dan mulai dikenali, maka pengetahuan yang benar tentang khasiat obat kuat tersebut pastilah diperlukan.
Sumber: Male Emporium
83,02 % Pria Selalu Ingin Berhubungan Seks Lebih Lama 74,76 % Pria Selalu Ingin Memuaskan Pasangan 47,57 % Berpendapat Ejakulasi Dini Membuat Mereka Terhina 45,28 % Berpendapat Melakukan Hubungan Seks Selama 10 – 20 Menit
Bagi masyarakat modern umumnya, kegiatan seksual sama saja dengan hubungan sosial lainnya. Dilakukan bersama, dan penuh keterbukaan.
Sebanyak 62 % pengakses dengan kategori pria sarjana dan pascasarjana berpenghasilan di atas Rp 5 juta, ternyata lebih menyadari kegiatan seksual adalah kegiatan bersama pasangan, yang harus dijaga dengan keterbukaan dan ditujukan untuk memperoleh kepuasan bersama. Barangkali kegiatan seks terbuka (baca: didiskusikan), memang berkaitan dengan tingkat pendidikan dan peluang ekonomi. Peluang ekonomi ini berkaitan dengan kemauan pengakses yang sama, untuk mengupayakan kepuasan bersama ini, mereka meyakini penggunaan obat kuat adalah salah satu cara agar dapat bertahan lama” memuaskan pasangan.
Meskipun dengan persentasi yang berimbang, dengan tingkat peluang ekonomi bervariasi di atas Rp 5 juta dan di antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta menyatakan tak memerlukan dukungan obat kuat agar berhasil memuaskan pasangan. Hal ini barangkali ditunjang oleh tubuh yang sehat atau hubungan seksual yang mereka lakukan terbilang biasa, atau konvensional, bila dibandingkan oleh imajinasi yang berkembang bahwa keinginan memuaskan pasangan ini berkaitan pula dengan variasi seks yang diketahui dan siap dilakukan bersama pasangan.
Namun keinginan memuaskan pasangan, disepakati oleh semua pengakses, termasuk lajang, dengan kategori pendidikan diploma sampai pascasarjana dengan penghasilan di bawah Rp 2 juta sampai di atas Rp 5 juta, sebagai satu tujuan penting dalam kegiatan seksual bersama pasangan. Artinya, kegiatan seksual memang disamaartikan sebagai kegiatan sosial yang bersifat interaktif lainnya, seperti berdiskusi, mengobrol, atau sekadar saling sapa ebrsama orang yang baru dikenal. Bahwa masing-masing orang, ketika memulai sebuah kegiatan sosial, di benaknya tertanam hasrat untuk memuaskan teman dialognya.
Yang juga sama-sama disepakati oleh semua pengakses (lajang dan menikah) adalah kegagalan memuaskan pasangan, diartikan sebagai peristiwa ejakulasi dini yang terkadang dialami oleh beberapa pria yang bisa saja karena kecenderungan kemampuan seks yang memang kurang secara biologis permanen, atau bisa saja karena kondisi tubuh yang kurang fit temporal untuk melakukan hubungan seksual.
Ejakulasi dini dalam hal ini sama diartikan oleh para pengakses sebagai ketidakmampuan pria untuk menahan sperma agar dapat melakukan intercourse lebih lama. Akibatnya, tanpa terikat tingkat pendidikan maupun peluang ekonomi, lajang atau menikah, 57,55 % pengakses sengaja melakukan kiat “menahan dulu” semburan spermanya, terkadang berulang-ulang, lalu melakukan lagi hubungan intercourse secara lebih lama untuk memuaskan pasangan.
Dan 61,17 % dari pengakses, juga dengan variasi penghasilan dan tingkat pendidikan yang longgar, kali ini hanya yang menikah, terjadi di pengakses berdiploma, sarjana dan pascasarjana, dengan penghasilan di bawah Rp 2 juta dan di atas Rp 5 juta, menyimpulkan bahwa peristiwa ejakulasi dini adalah akibat ketidakmampuan mereka mengontrol emosi. Bahkan 19, 42 % dari pengakses mengatakan bahwa ejakulasi dini berkaitan dengan stres.
Uniknya adalah, meskipun para pengakses terkadang dibatasi kemampuan seksualnya oleh stres, kegagalan mengontrol emosi, namun tetap saja sebanyak 74,76 % (lajang dan menikah) dari pengakses ini tetap berkeinginan memuaskan kembali pasangannya. Artinya, tingkat pendidikan dan peluang ekonomi boleh saja tidak menjadi varian penting bagi siapa saja untuk memuaskan pasangan. Namun bila mengetahui dan menemukan bukti nyata – maka mereka akan menggunakan obat kuat untuk memuaskan pasangan. Tentu saja, ketika obat kuat dibutuhkan, dan mulai dikenali, maka pengetahuan yang benar tentang khasiat obat kuat tersebut pastilah diperlukan.
Sumber: Male Emporium
No comments:
Post a Comment